Thursday, November 11, 2010

Tolong! Saya Bosan Dengan Pekerjaan Saya.

Pernahkah Anda merasa iri dengan karyawan baru? Tentu saja bukan iri dengan gaji atau tanggung jawabnya, tetapi iri melihat antusiasme mereka yang menggebu-gebu dalam mengerjakan tugas mereka. Setiap bentuk pekerjaan yang dibebankan ke mereka diperlakukan seperti hal baru yang menuntut keterampilan dan rasa ingin tahu yang besar.

Sementara Anda yang sudah lebih lama bekerja, menghadapi setiap hari kerja seperti sebuah momok besar yang membosankan. Setelah task rutin Anda selesaikan, tidak ada lagi hal yang bisa dilakukan. Lalu rasa bosan pun mulai muncul.

Jangan biarkan hal ini berlarut-larut. Membiarkannya begitu saja tanpa mengambil tindakan apapun tentunya akan mempengaruhi produktifitas dan kinerja kerja Anda. Beberapa hal sederhana yang bisa membantu Anda membunuh rasa bosan di tempat kerja adalah sebagai berikut :
Kreatif dengan menciptakan tantangan baru. Jika target kerja Anda sudah sukses dilaksanakan hari ini, daripada bengong memandangi jam berharap jarum-jarumnya bergerak lebih cepat, cobalah untuk memikirkan cara lain untuk menyelesaikan pekerjaan Anda. Tuliskan rencana kerja Anda dan jangan takut untuk berimprovisasi. Set target pribadi yang lebih besar dari yang sudah ditetapkan perusahaan untuk Anda. Jangan tunggu pekerjaan yang memberikan semangat, namun ciptakan excitement dan tantangan dalam pekerjaan Anda.
Declutter meja kerja. Bersihkan dan rapikan meja kerja Anda. Singkirkan barang-barang yang tidak berguna lagi. Kumpulkan kertas-kertas bekas dan refuse untuk kertas fotokopi atau memo. Selain membuat konsentrasi sering terpecah, terlalu banyak barang yang tidak jelas kegunaannya di meja juga mempengaruhi mood kerja. Yang harus diperhatikan adalah Anda sudah menyelesaikan task Anda sebelum merapikan meja Anda.
Ibaratkan pekerjaan sebagai sebuah permainan atau game. Contohnya, anggap database karyawan yang harus Anda rekapitulasi adalah musuh di Mafia War atau Anda sedang bertempur dengan atasan yang terus ‘memberondong’ Anda dengan ‘peluru’ alias pekerjaan.

Tambah pengetahuan. Tidak harus di bidang yang berhubungan dengan pekerjaan, namun bidang apa saja yang menarik perhatian dan memberikan manfaat nantinya. Internet adalah sumber pengetahuan yang tak terbatas. Anda hanya perlu berhati-hati dengan untuk memilih sumber yang kompetensinya yang bisa dipercaya.
Pertajam keterampilan, baik hard maupun soft skill. Tantang diri Anda untuk menguasai bidang yang membantu pekerjaan Anda. Tentu saja Anda harus melakukannya sendiri atau self taught. Misalnya berlatih menggunakan berbagai fitur di Adobe InDesign, crank berbagai widget, atau apapun yang bisa meningkatkan keterampilan kerja Anda.
Organize your file. Saat keadaan mulai membosankan, cobalah untuk melihat data yang sudah tersimpan sekian lama di komputer. Kelompokkan setiap file dalam kategorinya masing-masing untuk memudahkan pencarian nantinya. Hapus file yang sudah lama dan tidak terpakai lagi. Back up data-data penting. Data yang tersusun rapi akan membantu Anda melaksanakan pekerjaan Anda. Selain itu menyusun atau membersihkan sesuatu akan memberikan sense of accomplishment sehingga semangat dan mood Anda membaik kembali.
Bersihkan inbox Anda. Start a new fresh start. Balas atau respon email, hapus email lama atau letakkan di temporary folder. Jika inbox Anda mencapai ribuan, letakkan semua di temporary folder.
Lemaskan otot. Bangun dari kursi Anda dan berjalan untuk melancarkan peredaran darah Anda setelah sekian jam duduk. Jika perlu, lakukan squats, push up atau sit up. Lakukan di ruang tertutup jika Anda malu dilihat teman kerja. Anda bisa keluar kantor untuk sementara, melihat pemandangan alam atau hal yang berbeda dibandingkan dengan meja dan dinding kantor Anda.
Dengarkan musik. Koleksi lagu-lagu yang bisa membuat Anda bersemangat dan membuat mood Anda membaik dan kinerja meningkat setiap kali Anda mendengarnya.

The cure for boredom is curiosity. There is no cure for curiosity. - Dorothy Parker
info lowongan kerja 
by RNO

Menghadapi Rekan Kerja Yang Menyebalkan

Lingkungan kerja seringkali bisa diibaratkan sebagai sebuah tempat pertemuan orang-orang dengan berbagai karakter dan latar belakang yang berbeda. Setiap karyawan diharuskan untuk bertanggung jawab atas pekerjaan yang dipercayakan kepada mereka dan bisa bekerja sama dengan rekan kerja lain. Terlebih lagi bila berada dalam satu tim. Kerjasama adalah hal yang paling dibutuhkan.

Dalam menjalin kerjasama dengan anggota tim lainnya, terkadang ada satu orang yang sering jadi sumber masalah bagi Anda atau anggota tim lainnya. Karyawan yang satu ini sering berkata dan bersikap kasar, pemarah dan senang berteriak. Hal ini tentu saja menyulitkan karyawan lain yang sering bersinggungan dengannya terutama soal pekerjaan. Bagaimana tidak, belum apa-apa mulutnya sudah berkomentar pedas dan menyinggung perasaan. Bila Anda memiliki rekan kerja seperti ini, apa yang harus Anda lakukan?
  1. Ingatlah bahwa seringkali hal yang mendasari perilaku karyawan yang hostile justru bukan disebabkan oleh Anda. Beban yang ditimbulkan oleh masalah luar kantor seperti masalah pribadi atau keluarga secara tak sadar terbawa ke dalam suasana kerja. Jadi, jika Anda merasa sudah melakukan hal terbaik untuk menghadapi orang tersebut dan selalu mengerjakan bagian pekerjaan Anda dengan baik sementara hostility masih saja terpancar dari tindak tanduknya, maka ingatlah bahwa kemungkinan besar orang tersebut memiliki masalah lain, bukan dengan Anda. Do not take it personally. 
  2. Sebelum menghadapi karyawan ini, siapkan diri Anda dengan argumen yang jelas. Buat skenario di kepala Anda untuk menghadapi segala alasan yang mungkin akan disampaikan. Ingatlah untuk tidak menunjukkan arogansi atau bahkan rasa takut, namun sampaikan setiap argumentasi Anda dengan percaya diri. 
  3. Terbuka dengan diskusi. Walaupun rekan kerja tersebut menunjukkan sikap defensif atau tidak menyenangkan, namun jangan sia-siakan kesempatan jika ia ingin berdiskusi dengan Anda. Atau ajak dia untuk berdiskusi tentang penyelesaian yang memberikan solusi bagi kedua belah pihak. Namun jangan lupa untuk tetap berpegang pada prinsip yang Anda pegang.
  4. Jangan menuang bensin ke kobaran api. Jangan menyulut emosi karyawan tersebut dengan membalas tindakan atau perkataan kasarnya dengan hal yang sama. Selain justru membuat munculnya konflik, hal tersebut malah akan membuat karyawan ini merasa lebih powerful dari Anda karena bisa membuat Anda marah.
  5. Balas dengan ‘kebaikan’. Jawab perkataan kasarnya dengan ramah, senyum walaupun karyawan ini ‘melengos’. Tidak ada perlawanan dari Anda atau tanggapan yang datar dan super ramah saja justru membuat karyawan tersebut merasa bosan hingga pada akhirnya menyerah untuk kemudian melakukan hal yang Anda inginkan. Mungkin terasa berat pada awalnya karena Anda tentunya didorong keinginan untuk ‘menjudesi’ orang tersebut, namun percayalah perlakuan baik dan manis dari Anda akan menghentikan bullying dia.
  6. Tawarkan dan beri bantuan. Bisa saja hardikan dan sikapnya yang tidak bersahabat selama ini dikarenakan pekerjaannya yang over load dan tidak bisa dibagi dengan orang lain. Jika Anda merasa kompeten dan punya waktu untuk membantunya, tawarkan uluran tangan Anda. Ini adalah cara mujarab untuk membuatnya merasa dekat dengan Anda. 
  7. Minta bantuan pihak ketiga. Sebaik apapun Anda, dan sekeras apapun usaha yang telah Anda lakukan, terkadang masih belum cukup untuk menghentikan bullying dari karyawan menyebalkan tersebut. Mintalah bantuan pihak ketiga untuk mengatasi hal ini atau mendiskusikan hal lain yang sebaiknya Anda lakukan. Orang yang paling cocok sebenarnya adalah manager Anda. Dia memiliki tanggung jawab untuk meminimalisir bahkan menghilangkan segala bentuk interupsi yang mengganggu kinerja Anda.
 Jika semua hal tersebut Anda lakukan dengan maksimal, namun hasilnya masih jauh dari harapan, bahkan mengganggu kinerja dan produktifitas kerja Anda, maka yang bisa dilakukan selanjutnya adalah mulai merencanakan untuk pindah kerja. Bekerja dengan orang yang tidak bisa bekerja sama hanya akan membuat lingkungan kerja terasa tidak nyaman. Kalau sudah begitu, produktifitas dan prestasi kerjalah yang jadi taruhannya. 

info lowongan kerja 
by RNO

Laskar Pengeluh

Coba perhatikan di sekitar Anda, adakah orang yang gemar mengeluh? Keluhannya bervariasi, mulai dari mengeluh tentang kinerja pemerintahan yang dianggapnya tidak memihak rakyat kecil, hingga tentang fasilitas kantor yang dirasa minim. Dia merasa tidak ada satu pun orang atau situasi yang mampu memuaskannya. Hati dan pikirannya seakan-akan tengah menjalankan misi untuk mengkritisi atau bahkan memperbaiki kekacauan yang tengah terjadi di muka bumi ini. 

Kalau diperhatikan lagi dengan lebih seksama, jenis orang seperti ini umumnya memiliki sikap pemurung dan pesimistis. Mereka mudah dikenali, tidak hanya dari kata-katanya yang dipilih saat berbicara (negatif), tetapi juga dari mimik mukanya yang redup. Satu hal lagi, dia akan nyaman berkumpul dengan orang-orang yang punya sikap dan kebiasaan yang sama. Seperti kata pepatah yang juga sejalan dengan hukum psikologi bahwa "kambing akan berkumpul dengan kambing lagi". Mereka biasanya berkerumun di lorong kantor, di kantin, di dapur dan di tempat-tempat tersembunyi lainnya. 

Tak seorang pun yang ingin berdekatan dengan orang yang pemurung dan pesimistis. Kita semua mencari, menyukai, dan mengagumi orang-orang yang memiliki pandangan dan wawasan yang positif dan optimistis terhadap kehidupan. Mengapa? Karena itulah yang sesungguhnya kita butuhkan. Melihat semangat yang positif seperti ini pada diri orang lain menyebabkan kita semakin menyukai mereka.

Cobalah ingat tentang seseorang dalam hidup Anda yang Anda tidak dapat berdekatan dengannya. Dalam berbagai kesempatan ia selalu mengelauh tentang sesuatu, selalu jengkel dengan seseorang, selalu menyalahkan segala sesuatu, termasuk mengeluhkan karirnya yang tidak pernah beranjak. Dia tidak menyadari kalau kebiasaannya mengeluh adalah penyebabnya.

Anda mungkin juga pernah mendengar sebuah cerita inspirasi yang menggambarkan seorang sosok yang positif dan selalu bersikap optimis. 

Ceritanya seperti ini:

Seorang Ibu terapung-apung di tengah lautan karena kapal yang ditumpanginya tenggelam. Tidak seperti yang lainnya, Ibu ini selalu tersenyum dengan ekspresi muka yang gembira. Orang disampingnya yang bergelayut di sebatang kayu yang sama, dengan heran bertanya; "Bu, kok kelihatannya senang, bukankah saat ini kita tengah mempertaruhkan nyawa kita ?" 

Dengan santai Ibu itu menjawab; "Bagaimana tidak senang, saat ini aku dihadapkan pada dua kemungkinan. Kedua kemungkinan itu sama-sama menguntungkan buatku." 

Merasa jawaban Ibu itu tidak memuaskan, orang yang disampingnya terus mendesak; "Maksud Ibu apa ya ?"

"Begini, kalau aku selamat itu artinya aku akan berjumpa dengan anak-anakku di daratan sana. Kalau aku tenggelam dan meninggal, berarti aku akan berjumpa dengan suamiku yang sudah menanti di surga. Bukankah keduanya sama-sama menguntungkan ?" 

Saya yakin hingga saat ini Anda tidak pernah bergabung dengan Laskar Pengeluh, karena Anda tahu bahwa saat kita mengeluh, saat itu pula kita sedang memperlihatkan kualitas rendah diri kita. Kecuali dia anak pemilik perusahaan, dengan sikap seperti itu yang bersangkutan tidak akan lolos dalam interview pekerjaan. Kalau pun lolos perlu waktu lama untuk bisa naik jabatan. Dan jika naik jabatan, jangan-jangan itu hanya karena belas kasihan saja.

Info lowongan kerja 

With Love & Respect
Sigit Risat

Dicari: Orang yang Kreatif

Sebuah perusahaan di Amerika menyeleksi calon karyawannya dengan cara yang unik, yaitu dengan mengajukan sebuah pertanyaan yang membutuhkan kreativitas dalam menjawabnya. Bila jawabannya dianggap benar, ia akan langsung diterima di perusahaan tersebut. 

Situasinya adalah seperti ini: Anda sedang mengendarai mobil yang hanya cukup untuk dua orang penumpang saja di tengah badai yang hebat. Mobil Anda lalu melewati halte tua dan di sana Anda melihat tiga orang tengah menunggu pertolongan. Orang pertama adalah seorang nenek yang nampak sudah sekarat karena kedinginan, orang kedua adalah seorang pria yang pernah menyelamatkan hidup Anda, dan yang ketiga adalah pujaan hati yang sudah lama Anda incar.

Pertanyaannya adalah karena mobil Anda hanya muat untuk satu orang saja karena yang satu sudah Anda duduki, manakah dari ketiga orang itu yang akan Anda tolong?

Sebelum Anda tahu jawaban mana yang paling benar, Anda tentunya sudah meraba bahwa kreatifitas dalam berpikir sangat dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan tadi. 

Saat ini orang-orang kreatif sangat dibutuhkan di banyak perusahaan, tidak hanya sebatas di bidang periklanan atau industri film. Karena orang-orang yang pandai berkreasi dalam setiap situasi, adalah orang yang luwes dan termasuk dalam katagori orang yang memiliki Kecerdasan Emosi. Bukankah mereka yang berhasil dalam karir dan bisnis kebanyakan adalah yang memilki kecerdasan emosi ? 

Kreativitas tidak berhubungan langsung dengan bakat. Kreativitas ditentukan oleh seberapa banyak pengetahuan yang tersimpan di "perpustakaan" memori Anda. Semakin sering dan banyak Anda membaca buku, semakin banyak pulalah inspirasi kreativitas tersimpan di hard disk otak Anda yang hingga saat ini kapasitasnya belum ada yang mampu menandingi, bahkan oleh komputer tercanggih sekali pun yang pernah diciptakan di muka bumi ini. 

Para ahli menemukan bahwa kemampuan otak manusia baru dipakai sekitar 5% saja. Manusia yang diyakini telah menggunakan kapasitas otaknya sebesar 7% adalah Albert Einstein. Anda bisa mencoba untuk memaksimalkan kerja otak Anda dengan mencoba menjawab pertanyaan tadi. 

Kita seringkali mudah melupakan isi buku yang pernah dibaca, namun bukan berarti itu sia-sia. Yang terpenting bukanlah rinciannya melainkan inti sari atau pesan moral yang akan mempengaruhi pola pikir pembacanya. Anda mungkin sudah lupa siapa nama bapak guru gank Laskar Pelangi dalam novel "Laskar Pelangi" yang luar biasa itu, tapi Anda tentu terinspirasi oleh novel atau film itu.
Jawaban kreatif yang dianggap benar oleh perusahaan tersebut rupanya adalah: Anda turun dari mobil lalu menemui orang yang pernah menyelamatkan hidup Anda, minta tolong untuk menyelamatkan nenek tua yang kedinginan itu. Sementara itu Anda menikmati saat-saat romantis berdua bersama dengan sang pujaan hati.

Kalau Anda tadi memilih menolong nenek tua yang sekarat, tidak usah kecewa, meskipun Anda tidak diterima bekerja, setidaknya Anda sudah menolong hidup seseorang. 
 
Info lowongan kerja  http://content.jobsdb.co.id/Content/v19/Images/Shared/logo_JDB.gif
With Love & Respect
Sigit Risat

Jadikan Interviewer Menyukai Anda dalam Hitungan Menit

Dalam proses interview, penggunaan teknik Match & Mirror mempunyai dampak yang besar bagi keberhasilan seseorang agar bisa disukai kebanyakan orang. Hanya dalam hitungan menit, teknik ini akan membuat orang menyukai Anda, walaupun pada awalnya orang itu apriori terhadap Anda. 

Dalam bukunya Get Anyone To Do Anything, David J. Lieberman Ph.D. menyatakan bahwa komunikasi menciptakan saling percaya, dan memungkinkan Anda untuk membangun jembatan psikologis terhadap seseorang. 

Percakapan menjadi lebih positif dan nyaman ketika dua orang berusaha untuk saling menyesuaikan. Sebagaimana kita cenderung untuk menyukai seseorang yang memiliki minat yang sama, secara tidak sadar kita juga cenderung untuk menyukai orang yang "berpenampilan seperti kita". 

Ini artinya, ketika seseorang melakukan gerakan seperti kita, atau menggunakan perkataan atau ungkapan seperti yang kita gunakan, kita cenderung untuk menganggap orang tersebut adalah orang yang menyenangkan. 

Berdasarkan kondisi inilah Anda bisa dengan sengaja meniru gerakan tertentu yang dilakukan oleh lawan bicara Anda agar yang bersangkutan langsung menyukai Anda. Teknik ini disebut Match & Mirror atau persamaan dan pencerminan. 

Match berarti mengikuti gerakan sesuai dengan yang dilakukan oleh lawan bicara Anda. Contohnya, ketika lawan bicara memegang pulpen dengan tangan kiri, Anda pun memegang pulpen dengan tangan kiri. 

Sedangkan Mirror berarti Anda mengikuti gerakan tangan berlawanan dengan lawan bicara Anda (sifat cermin). Contohnya, saat lawan bicara Anda memegang pulpen dengan tangan kiri, Anda memegang pulpen dengan tangan kanan. 

Lakukanlah Match & Mirror saat Anda menjalani interview. Ikuti setiap gerakan yang dilakukan oleh si interviewer dengan diam-diam atau tidak diketahui olehnya. Beri jeda beberapa detik dalam mengikuti gerakannya.

- Kata-kata 7%
- Nada suara 38%
- Bahasa tubuh 55% 

Berikut adalah faktor yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan teknik Match & Mirror:

Kata-kata hanya berpengaruh 7% dalam komunikasi, sesuaikan ungkapan-ungkapan digunakan interviewer Anda. Contohnya anda, kamu, kami, kita, saya, aku. 

Kualitas/nada suara berpengaruh 38% dalam komunikasi. Mutu suara Anda lebih berpengaruh dari pada kata-kata yang Anda pergunakan. Pergunakan dialek yang sama, nada cepat, nada tinggi, nada pelan, nada sedih, nada gembira.

Fisiologi atau bahasa tubuh mempunyai pengaruh paling banyak dalam berkomunikasi. Ikuti gerakan tubuhnya seperti:

- Kepala: menganggukkan kepala, mimik muka.

- Tangan: gerakan tangan, kiri dengan kiri, kiri dengan kanan.

- Cara duduk/berdiri: posisi malas, tegap, yakin, percaya diri.

- Suasana: gembira, ceria, sedih, simpati.

- Kaki: lurus, dilipat, bersila, berpangku kaki, dll. 

Pada prinsipnya, yang Anda harus lakukan adalah mengikuti gerakan lawan bicara Anda dengan hati-hati. Ikuti gerakan lawan bicara Anda dengan niat baik dan lakukan dengan hati-hati agar ia tidak tahu bahwa Anda sedang mengikuti gerakan Anda, karena Match & Mirror ini sesungguhnya adalah sebuah instruksi-instruksi pada kekuatan alam bawah sadarnya, bukan pada atas sadarnya. 

Semoga interview (lowongan) kerja Anda sukses dan saya berharap kiranya Anda berkesempatan untuk mengikuti training "Rahasia Sukses Interview" yang akan saya bawakan bersama JobsDB.com.

"The more we see, hear and do sameness, the more rapport we have"
With Love & Respect
Sigit Risat

Ciptakan Kesan Pertama yang Menggoda

Yang ingin disampaikan untuk Anda berikut ini adalah sebuah teknik favorit dalam menciptakan kesan pertama yang baik. Sebuah teknik sederhana, namun inilah kunci kesuksesan saya menjadi inspirator hubungan harmonis. Tentu saja teknik ini juga ampuh jika diaplikasikan saat interview (lowongan) kerja.

Pada saat pertama kali saya belajar menjadi seorang penyiar radio profesional, satu pelajaran penting yang diinstruksikan oleh instruktur siaran saat itu adalah TERSENYUMLAH saat bicara.

Menurutnya senyum bisa terdengar. Pendengar akan dengan mudah bisa membedakan mana penyiar yang ramah dan mana penyiar yang tidak ramah atau judes. Seperti kita ketahui, bahwa umumnya orang akan lebih suka pada orang yang ramah dibanding dengan penyiar yang judes. Jika dalam siaran radio saja pendengar bisa membedakan penyiar mana yang ramah atau tidak, apalagi kalau berhadapan langsung bukan?

Pendapat itu semakin dikuatkan lagi setelah saya mendalami Neuro Associative Conditioning System, sebuah teknik penggalian, pengembangan, dan penataan potensi diri. Senyum yang nampaknya sebuah pekerjaan mudah ini ternyata berdampak besar dalam "menaklukan" hati seseorang.

Senyum mampu menciptakan empat hal yang luar biasa:

1. Menimbulkan rasa percaya diri
2. Kebahagiaan
3. Gairah dan semangat
4. Penerimaan yang tulus


Orang yang tersenyum dianggap sebagai orang yang percaya diri karena ketika kita sedang grogi atau tidak yakin dengan diri kita atau sekitar kita, kita cenderung untuk tidak tersenyum. Tersenyum akan menimbulkan kebahagiaan sehingga akan mempertemukan kita kepada orang-orang yang bahagia: Karena kita melihat mereka dengan cara yang positif.

Semangat sangat penting untuk menciptakan kesan yang baik karena semangat itu akan menular kepada orang lain. Dengan tersenyum Anda menunjukan bahwa Anda menyenangi lingkungan Anda berada dan senang bertemu dengan orang yang Anda temui sehingga pada gilirannya dia akan semakin tertarik untuk bertemu Anda.

Pada akhirnya, tersenyum menunjukkan penerimaan yang tulus dan menyebabkan orang lain tahu bahwa Anda mau menerima dia dengan tulus. Pernahkah Anda merasa heran, kenapa anjing begitu dicintai? Karena binatang tersebut menyambut kita dengan penerimaan yang tulus. Apabila Anda memiliki ekor, maka kibaskanlah. Namun karena Anda tidak memiliki ekor, maka tersenyumlah.

Kalau pun Anda tak mampu tersenyum semanis Monalisa, mulai saat ini tersenyumlah pada setiap orang yang Anda jumpai. Lalu perhatikan betapa ajaibnya tindakan Anda itu. Pada awalnya membiasakan diri tersenyum itu terasa sulit seperti berenang di agar-agar jeli, namun dengan latihan terus-menerus dijamin Anda akan menjadi pribadi yang menawan dan jangan heran kalau hari-hari Anda akan disibukan oleh penggemar yang ingin foto bareng dan minta tanda tangan.

"Senyuman adalah sebuah lengkungan yang bisa meluruskan setiap pesoalan"

With Love & Respect
by Sigit Risat

Wednesday, November 3, 2010

Job-Hopping? Beware

By Mahalakshmi Prabhakaran


Bookmark    and   Share

Job seekers never had it so good. Innumerable opportunities, escalating salaries and recruiters consistently ringing in with even better opportunities.., the job scene today is brimming with optimism. Despite all the hope that it holds for job seekers, this period of excess, has had its fallouts. The most visible one being the birth of job-hoppers. Job hoppers are individuals who find it really difficult to commit to one job for a significant period of time. An inveterate job hopper is always on the look out for a change. Reasons for this behavior may vary from serious reasons like lack of growth opportunities to paltry excuses like lack of excitement or plain boredom.

Do you identify yourself with this situation? On an average, if you have changed 3 jobs in 2 years or if your resume looks like a travelogue with a lot of stopovers over a period of years, you may want to take a breather and stay put in the current job for at least a yr. While your argument that the job scene never looked so good, may hold true, there are reasons why you should think twice before making that immediate jump to another seemingly attractive job. The long-drawn effects may affect your job prospects at a senior level, when what matters to your employer is your experience, record of stability and degree of commitment to your job. Staying in a job for a significant period reflects your dedication to the job at hand. It makes you look like a person committed and sincere to your work and organization.

On the other hand, staying in a position for less time might have the employer questioning your loyalty, seriousness and ambition. Unreliable, Insincere, Unstable, Unable to work with others, may be some of the monikers that will be attributed to you, because of your fleet-footedness. In effect, a busy resume is like a red alert to prospective employers, making them think ten times before hiring you.

Critical reasons why you should not indulge in rampant Job hopping:

1) Can be a heavy dampener if you are looking to become a VP or CEO someday. As you go higher, the jobs get more challenging with demanding deliverables and targets. While recruiting people for Senior positions like VP, CEO, MD or CFO, recruiters look out for people who have stood their guns and have delivered on their job. If your résumé reflects your instability, employers may be compelled to reject you on the simple reason that you have had "short" stints and haven't proven yourself well-enough. They will also be forced to assume that employing you may be a costly mistake!

2) Frequent relocation also affects your networking ability.

How can you expect to make, leave alone sustain valuable friendships and acquaintances when you flit from one job to another. You are so busy sifting through jobs that you don't have the time to make friends who may be of help to you later. In short, not having any contacts not only reflects your poor social skills, it also affects your ambitions in the long run.

3) Loyalty pays. As a noncommittal employee, you end up missing out on a host of benefits that organizations pay their employees on a long-term basis. Employee retirement plans, health insurance benefits, social security etc are some cumulative benefits that accrue over a period of time and require stable investing; a privilege you may not be able to indulge in, if you are constantly on the move form one job to another.

4) First impressions matter. A busy resume makes recruiters suspicious about your competency and intentions, notwithstanding your talent. Further, a bad resume may end up with recruiters passing you up for a less-capable yet steady candidate.

5) Can hamper your personal life. The constant shifting form one job to another will end up disturbing your personal & family life and can leave you reeling with no constant support system in place.

Industry experts opine that job -hopping in the early years of the career is understandable and a fact they tend to gloss over while interviewing candidates. This is because, entry level candidates are , in a gestation period, busy trying to find their "niche". Job hopping at the middle-level should be done but very judiciously. A good enough period for you then is anytime between 3-5 years.

"Take a leap, but only if there's a safety net" is the professional advice that career professionals recommend to anyone looking for a productive career. What this means is while there may be opportunities worth taking risks for, a seriously career-minded person should undertake a strategic job-hop only after careful planning.

Here are pointers you need to keep in mind if you are considering yet another change:

1) Consider what is in it for you. When presented with an opportunity it is important for you to consider what the job offers you with regard to skill enhancement, growth opportunity, experience, changes in personal and professional life, job satisfaction apart from material aspects like salary hike, SOPs, insurance benefit etc. If the opportunity satisfies you on all the important criterion, take up the job. Else, it would be wise to stick on with your current job for the time being.

2) Have a valid reason for changing. Recruiters will give you a chance to explain your reasons for not sticking to your jobs. Make use of the opportunity by giving convincing and sound reasoning.

3) Try to walk the straight line. This means when a good opportunity comes along, check to see if the profile is in your desired career track. So, if you have been working as a HR executive for while and the new opportunity wants you to shift lines from HR to finance or BPO, take a reality check to see if the job will put your talent and experience into use. If it however means that you have to start the process all over again and hone absolutely new skills, it is advisable to take a back seat and let the opportunity pass by.

4) Always go one step ahead. Take up a job only when you know that it is advancing your career. If your current job profile is an executive position and the new opportunity makes you s manager, take it up. But in doing so, it is important for you to keep things and perspective and accept the job only if you are sure that you can deliver on it.

5) Finally, take a conscious decision to stay on the new job for at least 2 years before considering your next move. Habits die hard, yet once you have accepted the new job take a conscious decision on your first day to stay in the job and derive the utmost benefit.